Tradisi MULUDAN

Malam kemarin hujan terus-menerus sampai siang, udara Cirebon yang biasanya panas terasa cukup dingin.

Kasihan juga sih sama pedagang-pedagang yang lagi ngebangun tenda-tenda warung untuk tempat mereka berjualan di sekitar alun-alun Keraton Kasepuhan. Setiap tahun mereka sudah hampir dipastikan membuka warung tenda disana.

Tradisi muludan merupakan acara turun-temurun yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat cirebon dan sekitarnya. Muludan sendiri berasal dari kati mulud / maulid, yang merupakan salah satu nama bulan dalam perhitungan jawa, dalam kalender arab disebut juga rabiul awal. Bulan ini merupakan bulan yang cukup keramat bagi umat Islam khususnya, karena pada bulan ini Nabi Muhammad SAW lahir. Sehingga tidak mengherankan jika cirebon yang merupakan eks salah satu kerajaan Islam, mempunyai cara tersendiri dalam menyambut datangnya hari kelahiran Beliau.

Ajang pasar dadakan muludan juga merupakan wahana rekreasi murah-meriah bagi warga cirebon dan sekitarnya. Banyak diantara pendatang yang merasa belum menjadi warga cirebon, jika belum pernah jalan-jalan di arena muludan.

Banyak sekali cerita-cerita mistis dan kepercayaaan orang pada tradisi ini. Ada yang berniat 'ngalap berkah' juga tidak sedikit yang bermaksud 'buang sial'. Jangan heran jika kita melihat para pedagang begitu ngotot ingin membuka stand di arena ini, walaupun tidak sedikit diantara mereka yang nombok, namun hal itu tidak menjadikan pengahalang bagi mereka untuk selalu membuka stand tiap tahunnya. Tidak sedikit diantaranya yang mengakatakan biarpun rugi diarena muludan di Alun-Alun Keraton Kasepuhan, tapi mereka bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan besar di tempat lain setelah acara tersebut selesai.

Benar atau tidak? percaya atau tidak? itu terserah Anda. Yang jelas ALLAH SWT pasti akan memberikan rejeki kepada semua orang, tinggal bagaimana orang itu bersyukur atas rejeki tersebut.